Sejarah mencatat perkembangan keramik di Banten sudah cukup maju dan berkembang pesat. Tercatat hingga akhir tahun 1642, cukup bayak keramik berbagai jenis yang dikirim dari Banten menuju Eropa.
Keramik Banten masih berkembang di Kampung Dukuh, Kecamatan Ciruas, Serang. Warga masarakat di kampung tersebut masih mempertahankan budaya membuat keramik khas Banten. Untuk itu, perlu adanya usaha ekstra keras untuk membangkitkan kembali industri keramik sebagai ciri khas Banten, dengan memulai membuat replika-replika keramik masa lalu, yang diselaraskan dengan selera kebutuhan konsumen masa kini. Sejauh ini, keramik Banten dapat di temukan di beberapa tempat, antara lain di pasar Anyer, Ciruas, Bali dan Mancanegara. Karena harganya relatif terjangkau oleh para wisatawan lokal maupun mancanegara.
Keramik khas Banten terbagi dalam dua klasifikasi. Yang berbentuk wadah dan yang bukan wadah, keramik berbentuk wadah sendiri mempunyai subklasifikasi, yaitu pasu, piring persegi, piring bulat, jambangan bulat, jambangan silinder, pot bunga, kendi, periuk, wajan dan kuali. Sedangkan yang bukan wadah, biasanya berbentuk periuk. Hiasan khas keramik Baten yang paling populer adalah motip tumpal bergerigi dan ceplok dari teknik cap serta motip yang dihasilkan dengan teknik cubit. Suatu penelitian yang dilakukan oleh sejarah Banten, Drs H Halwany Michrob M.Sc(alm) di Situs Banten lama membuktikan, hanya ada dua teknik menghias yang kerap dilakukan pengrajin keramik Banten, yaitu teknik gores dan teknik tekan.
Di kampung Dukuh setiap orang mampu menghasilkan 10 – 20 gentong sehari, bahan setengah jadi. Seperti yang dikerjakan oleh para wanita yang sedang mengerjakan pembuatan gentong dirumahnya, produksi keramik yang dihasilkan hampir di setiap rumah didesa Bumi Jaya bermacam macam jenisnya antara lain; kendi, gentong, celengan, padasan (tempayan untuk air sembahyang), pot bunga, dupa, pendaringan, keren (tempat masak), kuali, buyung, coet, momolo dan lain sebagainya.
Para pengrajin disini belum mengenal glasir dan corak warna serta pembakaran masih dilakukan secara tradisional. Bentuk barang yang diproduksi tidak mengalami prubahan yang segnifikan dari tahun ke tahun dari segi estetika tidak diperhatikan hingga mutu/kulitas rendah, tidak menarik konsumen sebagai barang hiasan. Padahal dalam peta bumi kebudayaan, daerah ini dikenal sebagai penghasil keramik sejak jaman kesultanaan Banten. Tetapi para pengrajin disini tidak terpengaruh terhadap membanjirnya keramik asing yang datang dari Cina yang bermotif indah dan menawan.
Di Desa Bumi Jaya, di kenal dari jaman dulu hingga sekarang dengan sebutan sebagai ‘desa gerabah’ karena, karya seninya yang telah melalangbuana hampir ke seluruh pelosok Nusantara dan negara eropah. Tapi sedikit saja orang yang tahu, keramik yang sering dijadikan interior maupun eksterior hotel-hotel kawasan Anyer, Bali, dan beberapa perumahan elite di Jakarta, ternyata keramik yang digunakan adalah hasil karya tangan-tangan terampil Banten. Secara tidak sadar pula, ibu-ibu rumah tangga yang selama ini akrab dengan gerabah dari tanah liat, yang selalu di pakai untuk menyimpan beras atau mendinginkan air, ternyata tidak jauh di buat dari lokasi mereka tinggal.
* Analisis
Keramik Banten sebenarnya sudah cukup bagus. Terbukti bahwa pada tahun 1642 keramik Banten sudah di kirim ke Eropa. Dan sampai sekarang masih ada peminat dari mancanegara yang mencari keramik banten ini. Namun hanya satu yang masih kurang.
Keramik dari Banten yang masih belum mengenal corak warna serta bentuk barang yang diproduksi tidak mengalami prubahan yang segnifikan. Sehingga dari segi estetiknya kurang menarik minat konsumen. Alangkah baik nya apabila mereka mau memperbaharui keramik mereka dengan penggunaan corak warna. Agar dapat menarik minat konsumen dan juga agar tidak di kalahkan dengan adanya keramik-keramik buatan China.
Keramik Banten masih berkembang di Kampung Dukuh, Kecamatan Ciruas, Serang. Warga masarakat di kampung tersebut masih mempertahankan budaya membuat keramik khas Banten. Untuk itu, perlu adanya usaha ekstra keras untuk membangkitkan kembali industri keramik sebagai ciri khas Banten, dengan memulai membuat replika-replika keramik masa lalu, yang diselaraskan dengan selera kebutuhan konsumen masa kini. Sejauh ini, keramik Banten dapat di temukan di beberapa tempat, antara lain di pasar Anyer, Ciruas, Bali dan Mancanegara. Karena harganya relatif terjangkau oleh para wisatawan lokal maupun mancanegara.
Keramik khas Banten terbagi dalam dua klasifikasi. Yang berbentuk wadah dan yang bukan wadah, keramik berbentuk wadah sendiri mempunyai subklasifikasi, yaitu pasu, piring persegi, piring bulat, jambangan bulat, jambangan silinder, pot bunga, kendi, periuk, wajan dan kuali. Sedangkan yang bukan wadah, biasanya berbentuk periuk. Hiasan khas keramik Baten yang paling populer adalah motip tumpal bergerigi dan ceplok dari teknik cap serta motip yang dihasilkan dengan teknik cubit. Suatu penelitian yang dilakukan oleh sejarah Banten, Drs H Halwany Michrob M.Sc(alm) di Situs Banten lama membuktikan, hanya ada dua teknik menghias yang kerap dilakukan pengrajin keramik Banten, yaitu teknik gores dan teknik tekan.
Di kampung Dukuh setiap orang mampu menghasilkan 10 – 20 gentong sehari, bahan setengah jadi. Seperti yang dikerjakan oleh para wanita yang sedang mengerjakan pembuatan gentong dirumahnya, produksi keramik yang dihasilkan hampir di setiap rumah didesa Bumi Jaya bermacam macam jenisnya antara lain; kendi, gentong, celengan, padasan (tempayan untuk air sembahyang), pot bunga, dupa, pendaringan, keren (tempat masak), kuali, buyung, coet, momolo dan lain sebagainya.
Para pengrajin disini belum mengenal glasir dan corak warna serta pembakaran masih dilakukan secara tradisional. Bentuk barang yang diproduksi tidak mengalami prubahan yang segnifikan dari tahun ke tahun dari segi estetika tidak diperhatikan hingga mutu/kulitas rendah, tidak menarik konsumen sebagai barang hiasan. Padahal dalam peta bumi kebudayaan, daerah ini dikenal sebagai penghasil keramik sejak jaman kesultanaan Banten. Tetapi para pengrajin disini tidak terpengaruh terhadap membanjirnya keramik asing yang datang dari Cina yang bermotif indah dan menawan.
Di Desa Bumi Jaya, di kenal dari jaman dulu hingga sekarang dengan sebutan sebagai ‘desa gerabah’ karena, karya seninya yang telah melalangbuana hampir ke seluruh pelosok Nusantara dan negara eropah. Tapi sedikit saja orang yang tahu, keramik yang sering dijadikan interior maupun eksterior hotel-hotel kawasan Anyer, Bali, dan beberapa perumahan elite di Jakarta, ternyata keramik yang digunakan adalah hasil karya tangan-tangan terampil Banten. Secara tidak sadar pula, ibu-ibu rumah tangga yang selama ini akrab dengan gerabah dari tanah liat, yang selalu di pakai untuk menyimpan beras atau mendinginkan air, ternyata tidak jauh di buat dari lokasi mereka tinggal.
* Analisis
Keramik Banten sebenarnya sudah cukup bagus. Terbukti bahwa pada tahun 1642 keramik Banten sudah di kirim ke Eropa. Dan sampai sekarang masih ada peminat dari mancanegara yang mencari keramik banten ini. Namun hanya satu yang masih kurang.
Keramik dari Banten yang masih belum mengenal corak warna serta bentuk barang yang diproduksi tidak mengalami prubahan yang segnifikan. Sehingga dari segi estetiknya kurang menarik minat konsumen. Alangkah baik nya apabila mereka mau memperbaharui keramik mereka dengan penggunaan corak warna. Agar dapat menarik minat konsumen dan juga agar tidak di kalahkan dengan adanya keramik-keramik buatan China.
Comments
Post a Comment
Terimakasih Anda Sudah Mengunjungi Dan Semoga Blog Ini Bermanfaat